Peran utama pengemasan makanan adalah perlindungan yang memadai terhadap bahan makanan dari pengaruh dan kerusakan luar (Schmid dan Agulla, 2012). Pengemasan harus menjaga keamanan dan kualitas makanan selama proses pengangkutan, distribusi dan penyimpanan sehingga mengurangi kehilangan dan pemborosan makanan. Fungsi tambahan adalah representasi produk sebelum pembelian. Oleh karena itu, desain kemasan dan pemilihan material harus ditentukan dengan matang. Empat kelompok utama bahan pengemas digunakan untuk makanan yaitu kaca, logam, kertas/karton dan berbagai jenis plastik.
Berbagai macam plastik dan manfaatnya menyebabkan peningkatan produksi. Dalam enam dekade, produksi plastik tahunan dunia dari bahan baku berbasis fosil meningkat lebih dari 20 kali lipat dari 15 juta ton menjadi 348 juta ton (EMF, 2016; PlasticsEurope, 2018). Sehingga diperlukan upaya pengurangan terus menerus plastik yang tidak perlu, optimalisasi dan pengembangan proses, serta penerapan konsep berkelanjutan. Dampak lingkungan dari produk rumah tangga menjadi lebih penting bagi konsumen (Lazzarini et al., 2016). Yang didorong oleh meningkatnya polusi plastik di darat dan air, konsumen lebih sadar akan kemasan makanan (Otto, 2021). Konsumen meningkatkan ekspektasi industri untuk mengembangkan dan menggunakan alternatif pengemasan yang lebih berkelanjutan.
Penggunaan plastik berbasis fosil perlu dibatasi karena sifatnya yang tidak dapat didaur ulang atau tidak dapat terurai secara hayati. Oleh karena itu, sangat penting untuk beralih ke bahan baku alternatif untuk produksi plastik (Ahmed et al., 2018). Perlu adanya pengembangan dan pemanfaatan bioresources yang cocok, melimpah dan berkelanjutan untuk pengembangan alternatif ramah lingkungan dari sumber daya konvensional (Bilal & Iqbal, 2018). Komposabilitas sangat penting untuk sumber daya polimer karena daur ulang membutuhkan energi (Al Hosni, 2019; Asgher, 2020). Oleh karena itu, kemampuan kompos memungkinkan degradasi bahan dalam tanah dengan menghasilkan karbon dioksida, air, dan senyawa anorganik lainnya.
Proses sintesis bioplastik dengan menggunakan 100% sumber daya terbarukan belum dapat direalisasikan, tetapi kecenderungan untuk menggunakan sumber daya terbarukan dalam jumlah maksimum sudah pasti dimungkinkan (Asgher et al., 2020). Sampai saat ini bioplastik terdiri dari lebih dari 50% berat sumber daya terbarukan. Beberapa bioplastik adalah campuran yang terdiri dari senyawa sintetik, seperti aditif dan polimer, untuk meningkatkan sifat fungsional produk akhir untuk meningkatkan aplikasi (Murphy & Collins, 2018). Jika aditif dapat didasarkan pada sumber daya terbarukan, sekitar 100% plastik biodegradable dapat dibuat.
Comments are closed