Polimer (plastik) sangat penting bagi perkembangan masyarakat modern. Polimer telah digunakan di banyak industri, mulai dari pengemasan, konstruksi hingga elektronik dan pertanian, karena kualitas dan biaya materialnya yang unggul. Manufaktur polimer global menghasilkan lebih dari 300 juta ton per tahun, dengan konsumsi 6% minyak mentah dunia. Pada tahun 2050, proporsi ini diproyeksikan meningkat menjadi 20% (European Bioplastics, 2019). Sementara produk berbasis minyak bumi mendominasi industri, sebesar 99% pada tahun 2015 (Rabnawaz, 2017; Payne, 2019). Meningkatnya tantangan lingkungan dan geopolitik terkait dengan ekstraksi sumber daya dan produksi juga berkontribusi pada percepatan perubahan.
Sepertiga dari semua plastik yang diproduksi secara global terlalu rumit (struktur, campuran polimer kompleks) atau terlalu kecil untuk didaur ulang dengan cara yang praktis dan hemat biaya (Uekert et al., 2018). Karena sebagian besar sampah plastik bersifat inert secara kimiawi, diperkirakan akan memakan waktu antara 250-500 tahun agar bahan-bahan tersebut benar-benar hancur. Selain itu, komponen sampah plastik dapat masuk ke dalam rantai makanan manusia melalui tumbuhan dan hewan. Misalnya, tanaman dapat menyerap dan mengakumulasi nanoplastik (misalnya yang berukuran 6 nm) yang dapat menembus dinding sel tanaman (misalnya akar). Mikroplastik pada ayam dapat berasal dari konsumsi terhadap cacing tanah yang mengkonsumsi mikroplastik. Hal ini memiliki potensi menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan (Guo et al., 2020).
Salah satu strategi untuk mengatasi masalah akhir masa pakai plastik kemasan adalah dengan menggunakan polimer yang dapat terbiodegradasi seperti poly(3-hydroxybutyrate)/ PHB atau dari biomassa, yang dapat menghasilkan ekosistem ekonomi sirkular (Payne et al., 2019; Sangroniz et al., 2019). Beberapa upaya untuk membuat plastik biodegradable telah dilakukan, namun kualitas mekanik dan fisik lainnya dari plastik tersebut saat ini tidak cukup untuk menggantikan plastik konvensional secara total. PHB misalnya, memiliki karakteristik mekanik dan daur ulang kimia yang lebih rendah dibandingkan dengan polimer komersial lainnya seperti polietilen. Oleh karena itu, sejumlah polimer yang tidak dapat terurai secara hayati dan dapat didaur ulang secara kimiawi seperti polikarbonat (PC), poliuretan (PUR), dan poliester sering digunakan (Sangroniz et al., 2019). Namun, pengaruh berbagai kualitas kimia-fisik pada aliran sampah plastik belum diselidiki secara luas (Zhao, 2022). Secara keseluruhan, teknik daur ulang sampah plastik yang ada belum dievaluasi secara mendalam untuk menetapkan pendekatan yang paling efektif. Mengingat kompleksitas produk yang akan didaur ulang, tidak akan ada satu pun strategi terbaik melainkan strategi yang disesuaikan dengan kasus tertentu.
Comments are closed