Setelah mengamati dan mengukur energi yang berubah dari satu bentuk ke bentuk lain dalam jutaan perubahan fisika dan kimia, para ilmuwan telah merangkum hasil mereka dalam hukum pertama termodinamika, juga dikenal sebagai hukum konservasi energi. Menurut hukum ilmiah ini, setiap kali energi diubah dari satu bentuk ke bentuk lain dalam perubahan fisik atau kimia, tidak ada energi yang diciptakan atau dimusnahkan. Namun jika Anda mengisi tangki mobil dengan bensin dan berkeliling atau kehabisan baterai ponsel Anda, ada sesuatu yang hilang. Hal tersebut merupakan energy quality, jumlah energi yang tersedia untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat (Miller and Spoolman, 2016). Karena hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi hanya diubah dari satu bentuk ke bentuk lain.
Hukum ilmiah ini memberi tahu kita bahwa tidak peduli seberapa keras kita mencoba, kita tidak dapat memperoleh lebih banyak energi dari perubahan fisik atau kimia daripada yang kita masukkan. Ini adalah salah satu aturan dasar alam yang tidak dapat kita langgar. Ribuan percobaan telah menunjukkan bahwa setiap kali energi diubah dari satu bentuk ke bentuk lain dalam perubahan fisik atau kimia, kita akan mendapatkan energi yang berkualitas lebih rendah atau kurang dapat digunakan daripada yang kita mulai. Ini adalah pernyataan dari hukum kedua termodinamika. Energi berkualitas rendah yang dihasilkan biasanya berupa panas yang mengalir ke lingkungan. Di lingkungan, gerakan acak molekul udara atau air semakin menyebarkan panas ini, menurunkan suhunya ke titik di mana kualitas energinya terlalu rendah untuk melakukan banyak pekerjaan yang bermanfaat.
Masih belum ada satu pun perekonomian di dunia yang dapat bertahan hidup secara efisien tanpa mengkonsumsi energi. Energi menggerakkan ekonomi dalam berbagai dimensi, seperti mendorong manufaktur, mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara kekurangan energi menghambat pertumbuhan. Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan energi dari 16.056 pulaunya (Sambodo dan Novandra 2019) karena bauran energinya sebagian besar berasal dari fosil karena negara ini bergantung pada minyak, gas alam, dan batu bara. Konsumsi batubara di Indonesia terus meningkat. Indonesia juga merupakan produsen, konsumen, dan pengekspor bahan bakar fosil utama, terlepas dari potensi energi terbarukan (ET) yang sangat besar. Menurut Kurniawan dan Managi (2018), Bank Dunia memperkirakan kerugian ekonomi Indonesia sebagai akibat dari perubahan iklim antara 2,5-7,0% dari PDB pada tahun 2100.
Comments are closed