Photo credit: iStock.com

Perubahan iklim merupakan tantangan global yang harus ditangani oleh pemerintah dan industri di seluruh dunia. Industri penerbangan berkontribusi sekitar 2% dari total emisi karbon di seluruh sektor industri dan pertumbuhan transportasi udara meningkat pesat karena globalisasi perdagangan dan perjalanan. Sebagai moda transportasi utama, perjalanan udara mendukung ekonomi global sebagai sarana pengangkutan cepat, pariwisata, perdagangan, perniagaan, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya. IATA memperkirakan pertumbuhan lebih dari 100% dalam jumlah penumpang global selama 20 tahun ke depan dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 3,5% berdasarkan ekspektasi pertumbuhan populasi, standar hidup yang lebih baik, dan biaya perjalanan udara yang lebih rendah di masa mendatang (Siew et al., 2021). Menurut IATA (2019–2039), pertumbuhan penumpang internasional di Asia Pasifik (5,5%), diikuti oleh Timur Tengah (4,4%) dan Afrika (4,4%), Amerika Latin (3,4%), Eropa (2,2%) dan Amerika Utara (2,2%).

Pertumbuhan pesat dalam industri penerbangan menunjukkan bahwa permintaan global untuk bahan bakar penerbangan diperkirakan akan meningkat dalam beberapa dekade mendatang dan telah diproyeksikan akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2050 (IEA, 2020). Bahan bakar penerbangan secara konvensional dipasok dari minyak tanah yang diproduksi dari minyak mentah. Negara-negara berkembang memiliki potensi pertumbuhan yang lebih kuat dalam industri penerbangan, dengan demikian permintaan bahan bakar penerbangan yang lebih tinggi akan dibutuhkan. Pemanfaatan bahan bakar fosil tidak berkelanjutan dan pelepasan gas rumah kaca (GRK) telah menyebabkan dampak lingkungan yang parah. Pengurangan emisi karbon dalam industri penerbangan sangat penting untuk mengatasi pemanasan global. Industri penerbangan telah mencapai beberapa tonggak sejarah dalam pengurangan emisi termasuk peningkatan efisiensi bahan bakar pesawat dan kontrol lalu lintas udara yang lebih baik untuk mempromosikan perjalanan udara yang aman, efisien, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak di seluruh dunia untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) guna mengatasi berbagai tantangan dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.

Penerbangan tidak memiliki alternatif bahan bakar jangka pendek yang kredibel karena kepadatan energi yang dibutuhkan. Proses produksi bahan bakar jet saat ini membutuhkan fasilitas besar yang rumit untuk dioperasikan sambil menggunakan minyak fosil sebagai bahan baku. Untuk bahan bakar biojet berbasis biomassa, seperti halnya bahan bakar untuk transportasi darat, salah satu faktor penentu terpenting dalam kelayakan komersial adalah memiliki bahan baku yang mudah diakses dan berbiaya rendah. Hal ini menjadi tantangan karena, tidak seperti minyak mentah, biomassa mengandung kadar oksigen yang tinggi (hingga 45%) dalam heteropolimer utamanya (Zhang et al. 2020). Teknologi biojet telah mengalami kemajuan dalam menangani substrat biomassa yang beragam, tetapi masih diperlukan upaya lebih besar untuk meningkatkan efisiensi konversi biomassa dan mengurangi biaya produksi.

Comments are closed