Photo credit: solar directory

Pengembangan energi terbarukan di Indonesia merupakan aspek penting dari upaya transisi dan keberlanjutan energi, konsumsi energi baru dan terbarukan di Indonesia menunjukkan hubungan positif dengan produk domestik bruto (PDB), tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan (Wahyudi, 2023). Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa proses pengembangan belum maksimal, dan Indonesia masih sangat bergantung pada sumber energi tak terbarukan untuk memenuhi permintaan energinya. Sementara konsumsi energi terbarukan dari tenaga air memiliki efek positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk energi angin, matahari, dan panas bumi, yang dapat berkontribusi pada sistem kelistrikan 100% terbarukan. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk pengembangan energi terbarukan, yang bertujuan untuk meningkatkan pangsa energi baru dan terbarukan menjadi 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Namun, pada tahun 2022 pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional hanya sekitar 12,3%, yang menunjukkan kesenjangan yang signifikan antara target yang direncanakan dan kemajuan aktual (KESDM, 2024). Kesenjangan ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk pembangunan infrastruktur, kapasitas sumber daya manusia, dan pengaturan kelembagaan dan pemangku kepentingan. Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia telah mengeksplorasi berbagai sumber energi terbarukan, termasuk energi berbasis biomassa, energi terbarukan laut, dan tenaga angin.  

Pengembangan energi terbarukan di Indonesia memiliki implikasi yang signifikan bagi keanekaragaman hayati. Mempertahankan habitat alami yang luas dan utuh serta meningkatkan permeabilitas lahan untuk pergerakan spesies dan proses ekologi dapat memberikan peluang terbaik bagi spesies dan ekosistem untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Dorongan untuk pengembangan energi terbarukan sebagian dimotivasi oleh kebutuhan untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati. Sonter (2020) menyatakan bahwa perluasan area pertambangan untuk mendukung produksi energi terbarukan dapat meningkatkan ancaman terhadap keanekaragaman hayati secara tidak proporsional di dalam kawasan lindung. Mempromosikan energi terbarukan dapat mengurangi dampak keanekaragaman hayati yang terkait dengan pembangkitan listrik berbasis batu bara (Cabernard & Pfister, 2022).

Pengembangan energi terbarukan di area kawasan lindung dapat berdampak negatif yang signifikan pada keanekaragaman hayati. Baruch‐Mordo (2019) menekankan pentingnya memastikan bahwa pengembangan energi terbarukan di masa depan didahului oleh perencanaan dan mekanisme insentif yang diperlukan untuk meminimalkan dampaknya pada keanekaragaman hayati. Penerapan subsidi untuk mendukung pembangunan berdampak rendah dan menciptakan mitigasi dapat membantu menyeimbangkan kebutuhan energi terbarukan dan konservasi keanekaragaman hayati. Pengembangan energi terbarukan di Indonesia berpotensi untuk mendukung dan mengancam keanekaragaman hayati, tergantung pada teknologi, lokasi, dan strategi implementasi spesifik yang digunakan. Perencanaan yang cermat, penilaian dampak, dan langkah-langkah mitigasi akan sangat penting untuk memastikan bahwa perluasan energi terbarukan di Indonesia selaras dengan konservasi ekosistemnya yang kaya dan beragam.

Comments are closed