Perkembangan plastik global telah mengalami transformasi yang signifikan, terutama ditandai oleh peningkatan produksinya dan dilema lingkungan yang timbul dari pertumbuhan ini. Plastik, karena keserbagunaannya dan manfaat ekonominya, telah menjadi sangat diperlukan dalam masyarakat modern, yang menyebabkan lonjakan produksi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mencapai sekitar 370 juta ton secara global pada tahun 2019 (Kumar et al., 2021). Produksi yang cepat ini berkontribusi terhadap dampak lingkungan yang mengejutkan, di mana hanya sekitar 9% dari sampah plastik yang didaur ulang, sedangkan sisanya berakhir di tempat pembuangan sampah, dibakar, atau masuk ke ekosistem (Жумадилова et al., 2024).

Jalur air memainkan peran penting dalam mengangkut plastik dari sumber daratan ke ekosistem laut. Sungai dikenal sebagai jalur penting untuk plastik berbasis daratan, yang bertindak sebagai saluran dan media penyimpanan untuk puing-puing plastik. Sungai telah terbukti berkontribusi secara signifikan terhadap polusi plastik laut, dengan lebih dari 80% emisi sungai global (Meijer et al., 2021). Pada tahun 2018, perkiraan menunjukkan bahwa sungai-sungai ini bertanggung jawab atas pelepasan antara 57-265 ribu ton plastik ke lautan setiap tahunnya (Mai et al., 2020). Lebih jauh lagi, proyeksi kedepan menunjukkan bahwa aliran keluar dari sungai-sungai besar dapat mencapai puncaknya pada tahun 2028 jika tren saat ini terus berlanjut, yang memperburuk krisis plastik laut (Mai et al., 2020).

Sehubungan dengan mekanisme transportasi, sungai memfasilitasi aliran plastik ke hilir, sungai juga dapat bertindak sebagai tempat pembuangan karena difasilitasi oleh proses hidrologi. Misalnya, muara sungai dapat menjebak makroplastik untuk sementara, dan kompleksitas hidrologi sering kali mengakibatkan zona akumulasi yang signifikan (Cleveland & Morrison, 2025). Retensi ini berarti bahwa sejumlah besar plastik tidak langsung mencapai lautan dan malah dapat menimbulkan risiko seperti terjeratnya kehidupan akuatik dan banjir perkotaan. Partikel plastik yang lebih kecil muncul melalui degradasi barang yang lebih besar dan sering terakumulasi dalam sistem air tawar, yang berdampak pada kualitas air dan organisme akuatik (Cai et al., 2021). Jalur multifaset untuk plastik tidak hanya mencakup sungai tetapi juga transportasi atmosfer, di mana angin dapat membawa puing-puing plastik ke daerah-daerah terpencil (Verster & Bouwman, 2020).

Selain itu, mengatasi polusi plastik memerlukan tindakan global terpadu yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi plastik, meningkatkan proses daur ulang, dan berinovasi dalam rantai nilai plastik untuk mencegah kerusakan lingkungan lebih lanjut (Lau et al., 2020). Sementara langkah-langkah proaktif seperti meningkatkan sistem pengelolaan limbah dapat secara signifikan mengurangi masuknya plastik ke dalam sistem perairan, kemajuan teknologi dalam degradasi plastik menawarkan jalan yang penuh harapan untuk mengurangi polusi yang ada, dengan berfokus pada proses biologis yang memanfaatkan mikroba yang mampu memecah plastik.

Comments are closed