
Greenwashing merujuk pada praktik yang dilakukan perusahaan untuk menyesatkan konsumen tentang manfaat lingkungan dari produk mereka atau praktik lingkungan mereka secara keseluruhan. Fenomena ini telah menarik perhatian yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir karena konsumen semakin peduli tentang keberlanjutan. Asal mula greenwashing dapat ditelusuri kembali ke permintaan publik yang semakin meningkat akan produk dan praktik yang ramah lingkungan. Upaya perusahaan untuk memanfaatkan tren ini, dapat terlibat dalam praktik yang membesar-besarkan upaya lingkungan mereka atau mengaburkan dampak negatifnya. Praktik semacam itu tidak hanya menyesatkan konsumen tetapi juga dapat merusak upaya nyata menuju keberlanjutan dengan menciptakan skeptisisme tentang klaim perusahaan (Teichmann et al., 2024).
Greenwashing dapat terwujud baik di tingkat perusahaan maupun di tingkat produk. Greenwashing tingkat perusahaan melibatkan klaim yang menyesatkan tentang kinerja lingkungan perusahaan secara keseluruhan, sementara greenwashing tingkat produk berfokus pada produk tertentu yang dipasarkan sebagai ramah lingkungan meskipun tidak memiliki atribut ramah lingkungan yang substansial (Chudinovskikh et al., 2024). Implikasi dari greenwashing sangat mendalam. Hal ini dapat menyebabkan ketidakpercayaan konsumen, karena individu menjadi lebih skeptis terhadap klaim perusahaan mengenai keberlanjutan (Teichmann et al., 2024). Akibatnya, penanganan greenwashing telah menjadi perhatian penting bagi regulator, konsumen, dan stakeholder lain, dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar dalam pengungkapan lingkungan perusahaan.
Untuk menghindari greenwashing secara efektif, perusahaan harus mengadopsi pendekatan multi-aspek yang menekankan transparansi, akuntabilitas, dan komitmen kuat terhadap praktik berkelanjutan. Perusahaan harus memprioritaskan pengembangan dan implementasi inisiatif lingkungan yang autentik daripada sekadar memasarkan klaim ramah lingkungan yang dangkal. Ini melibatkan pengintegrasian keberlanjutan ke dalam strategi bisnis inti, memastikan bahwa pertimbangan lingkungan tertanam dalam semua operasi dan proses pengambilan keputusan (Dempere et al., 2024). Selain itu, transparansi sangat penting dalam membangun kepercayaan dengan konsumen dan investor. Perusahaan harus memberikan pengungkapan yang jelas, akurat, dan komprehensif mengenai kinerja lingkungan dan inisiatif keberlanjutan mereka, salah satunya dengan melakukan analisis Life Cycle Assessment (LCA), yang dapat membantu memastikan bahwa klaim keberlanjutan menjadi kredibel.
Comments are closed